Ya, aku ibarat takut jatuh ketika angin berhembus. Takut luka bila hembusannya melambaui batas ketahananku. Takut merindunya bila ia enggan berhembus. Takut mencintainya padahal kerjaannya hanya menerpa, semaunya.
Tapi salah siapa bila aku memujanya?
Salahkan dia yang terlalu sempurna untuk mematahkan rantingku?
Atau salahkan Tuhan yang telah menciptakannya dengan sempurna?
Kata orang, cinta itu ibarat angin yang tak berwujud. Haha, ya! Anggap saja benar. Tapi bagiku, itu bukan hal yang terpenting. Meski angin berwujud, aku tak bisa menyentuhnya.
Tapi aku menyukainya, dia membuatku jatuh pun, aku masih menyukainya..
No comments:
Post a Comment