Menyelubung hati tanpa ketukan, tanpa salam
Tak ada angin tak ada hujan, malam pun masih mengusir raja siang
Rasa itu membekapku secepat laju sang pemburu angin
Aku menikmatinya, aku membiarkannya, aku berharap rasa itu tetap ada
Tapi rasa itu bisa membunuhku
Mencekiku kala aku masih bergelut dengan mimpi
Tak apa, bunuh saja aku
Harapku hanya satu, pencipta rasa itu
Apa daya, aku bukan siapa-siapa
Bukan anak dewa bukan anak raja
Hanya gadis yang memandangnya dari kejauhan
Tersenyum lebar layaknya orang gila
Kepada sang malam,
Wahai sang malam yang mengusir temaram
Layakkah aku berada di sampingnya?
Layakkah aku mengusap peluh di keningnya?
Layakkah aku menjadi orang yang akan ia teteskan air mata?
Kepada sang malam,
Aku menuntut pertanggungjawaban
Engkau mempertemukan aku denganya dalam senyap
Legam, hanya ada titik-titik lampu malam serupa kunang-kunang
Mungkin saja, rasa itu datang bersama lentera malam
Menyerangku, menyergapku,
Membuatku tak berdaya
Membuatku tanpa kata
Kepada sang malam,
Wahai sang malam, pertemukanku dengannya saja, aku sudah senang.
source: here |
31 Oktober 2014
No comments:
Post a Comment