Friday, May 30, 2014

Analogy and Definition [Lesson in Life]

Source: here | Edited by me:)
Analogies

I love you the same way I learned how to ride a bike; scared but reckless. -Rudy F.
Loving someone is like caring for a garden, love it too much or too little at it dies, but love it just right and it will life forever. -Anonym.
My dentist once told me that letting go is like pulling a tooth. When it was pulled out, you were relieved, but how many times does your tongue run itself over the spot where the tooth was? Probably a hundred times a day. Just because it wasn't hurting you doesn't mean you didn't notice it. It leaves a gap and sometimes you see yourself missing it terribly. It's going to take a while, but it takes time. Should you have kept the tooth? No, because it was causing you too much pain. Therefore, move on and let go. -Anonym.

Sunday, May 25, 2014

Mata Kirana [Sebuah Cerpen] #8

Source: here | Edited by me:)
Seumur hidup, Gilang tak pernah merasa sebodoh ini—menghabiskan waktu menatap seseorang gadis dari balik jendela kamarnya, Kirana. Gadis itu lebih muda lima tahun darinya, sekarang dalam tahap pengerjaan skripsi. Kamar Gilang berseberangan dengan kamar Kirana. Jadi dia dapat leluasa memperhatikan gerak-gerik Kirana lalu menorehkan apa yang ia lihat di atas kanvas putih. Melukis wajah cantik Kirana setiap hari. 

Dalam satu tahun, Gilang menghasilkan lukisan berobjekkan Kirana. Entah itu Kirana yang sedang menulis, membaca buku, menghadap laptop meneruskan skripsi. Semua yang kirana lakukan di hadapan jendela. Anehnya, kelima belas lukisan Gilang itu tanpa mata.

Saturday, May 24, 2014

[Review Buku] Interlude by Windry Ramadhina

Source goodreads.

Penulis: Windry Ramadhina
Penerbit: GagasMedia
Tebal: 380 halaman

Blurb:
Hanna,
listen.
Don’t cry, don’t cry.
The world is envy.
You’re too perfect
and she hates it.

Aku tahu kau menyembunyikan luka di senyummu yang retak. Kemarilah, aku akan menjagamu, asalkan kau mau mengulurkan tanganmu.



“Waktu tidak berputar ulang. Apa yang sudah hilang, tidak akan kembali. Dan, aku sudah hilang.” Aku ingat kata-katamu itu, masih terpatri di benakku.


Aku tidak selamanya berengsek. Bisakah kau memercayaiku, sekali lagi?

Thursday, May 8, 2014

Janji Yang Tidak Ditepati [Sebuah Cerpen] #7

Source: here | Edited by me:)
Sudah hampir satu jam aku duduk di kursi ini, dalam kedai teh terkenal kota ini. Tempatku di dekat jendela, tempat kesukaanku. Di sampingku ada pohon maple plastik, indah. Mengalun pelan lagu nostalgia, lupa judulnya. Di kedai luas ini ada berbagai macam orang, mulai dari yang sibuk bercengkrama, menikmati teh dengan makaron, ataupun yang menunggu sepertiku. Ya, aku menunggu seseorang. Seseorang yang teramat penting. Seseorang yang begitu kurindukan. 

Aku sudah mulai letih duduk. Hampir dua cangkir teh habis dalam siang ini. Namun aku akan bertahan. Tetap menunggunya. 

Adalah teman sewaktu sekolah menengah. Aku mengenalnya dari teman-teman yang membicarakannya, entah itu kecantikannya, kemanisannya, kebaikan hatinya, kepintarannya, hingga namanya yang menurutku spesial. Sempurna, katanya. Mana mungkin pula gadis seperti itu mengenalku? Dan saat aku bertemu langsung dengan gadis itu, aku membetulkan kabar angin itu.

Monday, May 5, 2014

Journal of 2014: Goodbye, April

Source: here | Edited by me:)
Goodbye, April.
Welcome, Mei. Well.

I would like to write some monthly journal. And start with April. It's too late but better than no, right? It is nothing for you, maybe. But something to me. Something that can make me learn:)

So, what happened in April?

Personal Life

  • Started love new genre; rock (alt. rock, pop rock, punk rock)
  • Replaced korean song list in handphone with west song.
  • Travelling around Tuban with my friends (slime girls) we went to Tuban Beach. But unfortunatelly, we got bad lunch. Very, very bad.

Kenyataan Semu [Sebuah Cerpen] #6

Source: here | Edited by me :)
Aku tak mengerti.

Apa yang ada dalam fikirannya?
Meski tak bisa dijelaskan secara gamblang, tapi.... Tapi, tak bisakah mengerti?
Bahasa kerennya sih, tak peka.

Jujur saja, dua bulan terakhir ada seseorang yang (katanya) menyukaiku, Danar. Dia begitu tampan. Wajahnya teduh menyejukkan, apalagi mata cokelatnya. Meleleh bila menatapnya lama-lama. Dia tidak putih, sawo matang tipikal orang Indonesia. Hidungnya standar, tidak mancung juga tidak pesek. Senyumnya....indescripable, sweet! Kalian tak bertanya bagaimana aku? Aku  gadis biasa yang magang di perpustakaan mantan kampusku, di universitas terkenal kotaku. Aku lulusan perbukuan di universitas itu pula. Dia, yang menyukaiku, juga anak magang. Bedanya dia magang di rumah sakit universitas. Faktanya lagi, dia temanku saat SMA. Namun aku tak begitu mempedulikannya, masa bodo!

Bagaimana rasanya disukai orang yang begitu populer? 
Confusing.

Thursday, May 1, 2014

[Review Buku] Dance for Two by Tyas Effendi

Source: goodreads

Penulis: Tyas Effendi
Penerbit: GagasMedia (2013)
Tebal: 244 halaman
Blurb:
Dear editor,

Saya terjebak dalam cerita yang saya mulai sendiri. Saya selalu membiarkanmu mengacaukan kata-kata yang sudah saya urutkan, membiarkanmu memenggal kepala huruf-huruf yang sudah berbaris rapi itu. Saya pun menikmati setiap cara yang saya lakukan untuk merangkainya kembali, lalu menyusunnya menjadi mozaik baru yang kamu suka.


Ini tentangmu, percayalah. Bagian mana dari dirimu yang tidak saya tahu? Tak ada satu celah pun yang terlewat; setiap potong kehidupanmu adalah gambaran paling jelas yang tersimpan dalam benak saya. Setiap langkahmu adalah jejak tanpa putus yang tercetak di atas peta saya.