Sunday, August 16, 2015

Review Film: The Admiral Roaring Currents

took this pict form.
Untuk ukuran penyuka film seperti saya, film ini sangat berkesan. Saya bukan reviewer-reviewer film hebat yang 'pelit' dan lebih realistis. Tapi saya punya tingkat kerealistisan milik saya sendiri. Untuk ukuran saya, dan banyak-banyak warga Korea, film ini teramat menggetarkan hati. 

Film dengan harga produksi fantastis yang mampu meraup uang yang bombastis. Film ini menduduki film terlaris korea sepanjang masa. Menggeser The Host yang lebih dulu menduduki posisi tersebut sejak 2006. Pun menggeser film asing Avatar. Film yang teramat penting bagi negara Korea, tentu saja. Kalau punya Indonesia, sih, Laskar Pelangi! 

took this form
Berkisah tentang Laksamana Perang Yi Sun Shin (diperankan oleh Choi Min Sik) dalam pertarungan Myeongyang 1957 melawan 330 kapal pasukan Jepang dengan 12 kapal tersisa setelah kekalahan yang sempat mengharuskannya mendekam di penjara dan disiksa karena dinilai melawan perintah Raja Seonjo. 



took this from rottentomatoes.
Film ini dibagi menjadi dua bagian, bagian pertama lebih ke pengenalan karakter Yi Sun Shin, seorang Jenderal yang sangat loyal dan mati-matian membela negaranya. Padahal, Sang Raja telah berniat untuk membunuhnya. Tentu, sarat akan drama namun tidak berlebihan. Salah satu adegan dimana sang anak, Lee Hwe bertanya, "Ayah, mengapa ayah memutuskan berperang kembali padahal Raja menginginkanmu mati?" Dijawab olehnya, "Kesetiaan."

Halangan Laksamana Yi Sun Shin ternyata tidak hanya dari Jepang, pasukannya pun merasa tidak percaya diri. Berbagai cara mereka gunakan untuk membujuk Laksamana Yi Sun Shin, bahkan ada yang ingin membunuh, namun sang Laksamana tetap teguh pada pendiriannya. Dengan intrik yang lumayan menguras emosi, Laksamana terus meyakinkan pasukannya untuk terus maju.

Kurushima
Bagian kedua adalah pertempuran selat Myeongnyang. 330 kapal Jepang yang dipimpin oleh Kurushima (Ryu Seung-Ryong) yakni merupakan pemimpin bajak laut Jepang yang mana buta akan balas dendam karena saudaranya mati di tangan Laksamana Yi Sun Shin. Tak hanya itu pasukan kedua Jepang dipimpin oleh Wakisaka (Cho Jin Wong) yakni jenderal laut Jepang. Melihat kotak hitam alias kapal yang sangat banyak membuat pasukan Korea menciut. Namun itu tak sedikitpun membuat Laksamana Yi Sun Shin menyerah. Bertahan dan menyerang dengan bermodalkan kapal utama, tak lupa memikirkan stategi yang tepat.

Film ini sangat menguras emosi. Adegan yang saya suka saat istri dari salah satu pasukan Korea terlibat perang meski dari jarak jauh yaitu dari salah satu tebing, mencoba menarik perhatian para pasukan agar kapal yang berisikan bubuk mesiu membawa suaminya, Jun Young (Jin-Go) untuk bertabrakan dengan kapal utama. Meski harus mengorbankan nyawa suaminya, jelas. Sebuah film perang yang heroik. I mean, benar-benar heroik. Oh iya, yang tak kalah berkesan, replika kapal Kura-Kura! Yang merupakan rencana awal sang laksamana.


Saya pasti akan menonton ulang film, dan memiliki copy-annya di laptop saya. Hehehe. Apa yang membuat film ini bagus? Apapun. Sesempurna itu kah? Tidak. Tapi bagaimana pun, film ini bagus. Apapun, film ini, Sang Laksamana: Gemuruh Ombak, membuat saya ingin mendalami sejarah pahlawan tersohor Korea itu. 

No comments:

Post a Comment