Source: here |
Dengar. Dengarkan aku. Tatihan tertahan di malam senyap ini kaulah penyebabnya. Sedetik setelah mendapat pesanmu yang menghangatkan sekaligus menyadarkanku bahwa aku sebenarnya bukan yang kamu mau. Aku tidak buta hanya saja aku yang tidak mau membuka mata lebar-lebar. Kamu ada di depanku, membuka hatimu hanya untukku, selalu di sisiku dan tak pernah meninggalkanku.
Bukan begitu?
Tapi yang kulihat darimu bukan yang seperti itu. Kamu dingin. Tertutup. Tidak peduli. Bahkan membalas pesan sekenanya, satu kata tak lebih dari dua huruf. Kadang ya, oh, hm, gk, h2, hingga ok. Aku tidak protes apa lagi menuntut. Aku bahkan tersenyum dan bersyukur kamu mau meluangkan waktu membalasnya disaat kamu terpekur dengan duniamu, game. Aku hanya bisa memegangi jaketku rapat-tapat dan menutup kesempatan angin menelusup. Dingin, namun masih belum mengalahkan dingin dirimu.
Hingga kesabaranku di puncaknya. Rasanya aku seperti debu yang berterbangan di udara tanpa arah dan tujuan. Kamu tahu? Aku berbicara padamu seolah kamu tiada. Aku memohon padamu meski berkali-kali kamu menepisnya. Lalu kamu ucapkan kata-kata yang tak pernah kusangka, akhir dari segalanya. Tahukah kamu apa yang terjadi sedetik kemudian? Air mataku meluncur tanpa aba-aba membasahi bantal, guling, seprai, serta kawan-kawannya. Menyesali apa saja yang bisa kusesali. Rasanya otakku beku, jantungku mencelos, organ-organ dalamku berontak. Hatiku begejolak meneriakkan kenyataan yang sebisa mungkin kutepis. Jadi, yang baru saja kualami ini adalah kehilangan.
Awalnya aku tidak terima. Bertanya-tanya bagaimana tega kamu memutuskan sendiri. Tapi akhirnya aku sadar. Kamu seperti batu. Atau bahkan aku yang batu sehingga kamu membalas kebatuanku, entahlah. Hingga malam ini pun aku belum mengantongi jawabannya. Meskipun sebenarnya kamu menjawab. Tapi maaf, aku tidak menganggap itu jawaban melainkan pembelaan. Itu pembodohan, aku kau bodohi. Dan, aku sadar itu.
Jadi kapan kamu bersedia menjawabnya?
Beribu maaf kusampaikan padamu yang seolah tiada. Maafkan aku yang tak sempurna. Serta maafkan atas kisah tak sempurna yang telah berakhir. Kisah kita. Bahkan, jauh dari kata sempurna.
Aku tidak bertahan. Sama sekali. Aku bahkan tidak pernah lagi melirikmu. Hanya orang bodoh yang akan melakukan hal itu, bukan? Ketidak sempurnaan itu membuatku sadar, kamu tidak pantas untuk kupertahankan. Karena kamu telah menyianyiakan kesempurnaan yang kamu miliki dan membiarkannya bermetamorfosa menyadi sebuah ketidaksempurnaan yaitu kita.
Benar, kita memiliki kisah tak sempurna. Namun kita harus yakin, suatu saat nanti kisah sempurna menanti tetapi probabilitas untuk menjadi kisah sempurna kita hanya nol koma sekian banyak nol. Percaya tidak percaya, kita harus percaya pada Yang Maha Sempurna.
Kisah tak sempurnamu,
This comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDeletepengalaman pribadi ya? :)
ReplyDeletecara bikin fotonya ada teksnya gitu gimana ya? hehehe
ReplyDeletepake photoscape bisa. photoshop juga bisa. tinggal atur opacity nya
Delete